Postingan

Don Quixote dan Kita Semua

  Don Quixote dan Kita Semua Justru   Justru karena tenung, telah diselamatkan kita dari jemu zaitun dan warna sama pohon-pohon encina . Memang masih ada sore yang hanya itu satu dusun yang tak berubah. Tapi ternyata hari bisa berkelindan dengan mimpi, dan kau dan aku lahir kembali, tercengang dalam cinta yang fiktif, percaya pada harap yang tak sungguh-sungguh.   Justru karena tenung, aku tak akan membebaskanmu.   Kemarin kucambuk sendiri tubuhku, sakit, agar bangun, tapi apa yang tejadi? Mimpi itu hanya berubah sedikit: balur di kulit itu jadi garis biru, seakan huruf pertama Sayid Hamid, sang pencerita yang membuat kita ada. Sejarah memang bisa seperti luka gores. Tapi lihat, hidup adalah tenung: aku milik Sahibul Hikayat, engkau kisah Cervantes.   Dan kita berbahagia. Dan kita berpura-pura.   Goenawan Mohamad, 2011   Don Quixote disebut-sebut sebagai karya modern pertama di dunia Barat sekaligus cerita asal Spanyol yang telah memika

Cerpen: "Tuhan Tak Pernah Gagal"

Tuhan Tak Pernah Gagal Perempuan itu tinggi semampai, berambut panjang, bermata besar, dan begitu mempesona. Kulitnya langsat dan gestur tubuhnya mencuri pandangan setiap murid ketika masih sekolah. Di balik keterbatasannya yang tak kasat mata, ia adalah ciptaan Tuhan yang luar biasa. Hatiku berdegup kencang tiap kali mengingatnya. Di umur dua belas tahun, aku dan dia berada di frekuensi  yang sama. Kami bisa melihat birunya langit, hijaunya dedaunan, dan senyum getir yang kerapkali diperlihatkan orang tua kami. Aku bisa mendapat ketenangan dengan menyaksikan detail di setiap bangunan, kendaraan-kendaraan di jalan raya, hingga membaca raut muka para siswa di sekolah itu. Aku pun bertanya-tanya ketika merasakan pandangan berbeda yang diberikan orang-orang kepadaku saat dijalanan atau taman. Seolah mereka tak maklum akan keheningan yang menyelimuti duniaku, dan keinginanku yang begitu besar untuk memahami dunia. Namun, para pembimbing di sekolah luar biasa berbeda dengan dunia yang gemar

Menjadi seorang puan

Terutama, karena aku perempuan … Aku selalu tertarik tentang kehidupan para perempuan di luar sana. Bagaimana anak perempuan dibesarkan oleh orang tuanya, bagaimana anak perempuan melihat ibunya, bagaimana remaja perempuan melakukan pencarian jati dirinya, bagaimana perempuan memandang pendidikan, bagaimana perempuan menghadapi quarter life crisis , hingga bagaimana perempuan memandang sebuah hubungan/pernikahan dan seperti apa hubungan yang mereka impikan. Apakah mereka yang hidup di era ini memiliki kecenderungan untuk berfikir bahwa pernikahan itu penting namun bukanlah tujuan akhir dalam memaknai hidup sebagai manusia seutuhnya? Atau mereka berpikiran seperti tokoh Kardinah dan Roekmini dalam film Kartini? Bahwa tanpa sebuah ikatan pernikahan pun, mereka bisa menjadi orang yang berguna untuk sesama. Beruntunglah kita yang telah keluar dari masa penuh kekangan itu. Karena jika kita hidup di masa itu, kita tidak akan bisa menghirup udara sebebas saat ini. Mungkin rumah yang k

Aku ingin menjadi sepertinya

“Aku ingin bertanya, apakah kamu juga berpikir aku tampak berbeda. Mereka bilang ini bawaan lahirku. Mereka bilang aku terlahir berbeda.” - Mouse (2021) Apakah kamu adalah orang yang seringkali mendapat omelan untuk menjadi sosok yang berbeda dari dirimu yang sebenarnya? Apakah kamu adalah orang yang sering mendengar kata-kata semacam; mengapa kamu tidak begini, mengapa kamu tidak begitu, mengapa kamu tidak sepertinya, bahkan dari orang-orang terdekatmu? Pernahkah kamu mengatakan kepada mereka? Bahwa kamu juga ingin sekali menjadi seperti orang-orang yang kerapkali dibanding-bandingkan denganmu. Atau lebih tepatnya, kamu pernah ingin sekali menjadi sepertinya. Dia yang nampak lebih sempurna dan bisa melakukan lebih banyak hal daripada dirimu. Bahkan sampai sekarang, kamu masih sering membayangkan bagaimana jadinya jika kamu dilahirkan sebagai dia dan bukannya dirimu yang sekarang. Apakah semuanya akan berjalan lebih baik? Apakah orang-orang akan berhenti membandingkanmu dengan orang la

Teruntuk seseorang yang …

  Halo, apa kabar? Aku Nadya. Tujuanku menulis ini mungkin sekadar untuk mengeluarkan isi kepalaku beberapa waktu belakangan ini. Dan jika semesta mengizinkan, tentu saja aku berharap kamu akan membacanya. Akhir-akhir ini segalanya menjadi semakin tidak terarah ya? Bagaimana denganmu? Aku akan selalu curiga bahwa setiap orang akan melalui segala yang lebih baik dari yang aku lalui, termasuk kamu. Saat kamu membaca ini, mungkin kamu akan bertanya-tanya mengapa kamu orangnya? Percaya atau tidak, aku pun mempertanyakan hal yang sama. Sekarang aku memang masih terlalu muda. Tapi bagaimanapun, aku bisa berkaca pada beberapa orang atau teman yang pernah aku temui. Selama ini aku melihat setiap orang dari sisi kuatnya, sisi lebihnya. Tentu saja aku tahu betul bahwa setiap orang memiliki kekurangan, kelebihan, juga luka. Sebenarnya semua itu imbang, bukan? Dan kita semua memilikinya. Katanya, setiap orang tumbuh dewasa beriringan dengan luka dalam jiwanya. Aku sangat mempercayai

Berdamai dan Memaafkan

Menuju  Kemenangan Kemanusiaan Setiap tahun, di antara hari ramadhan dan idul fitri, kemungkinan besar ada satu hal yang terlewatkan. Kita telah menahan nafsu selama sebulan penuh. Rela bangun tengah malam dan menghabiskan uang lebih banyak dari hari biasanya – tentu saja untuk takjil dan apa-apa yang baru untuk lebaran. Rela disibukkan saat perut kosong dan begadang semalaman untuk mempersiapkan idul fitri. Tapi, bagaimana dengan dirimu sendiri? Sudahkah kamu menerima, berdamai, dan memaafkannya? Karena saat malam hari, sebelum paginya kita duduk bersimpuh sambil meminta maaf pada kedua orang tua, harusnya kita berkaca dulu untuk beberapa saat. Mengatakan pada orang yang berada di balik cermin. “Aku tahu kamu telah bekerja keras selama ini, tapi aku hampir-hampir tak pernah mengingatnya. Maaf karena terlalu menuntutmu untuk ini-itu. Maaf karena tidak pernah menghargai kerja kerasmu untuk bertahan sampai sejauh ini. Maaf karena aku seringkali terbawa perkataan orang-orang di lua